Table of Content

Manfaat Analog Switch Off Dan Migrasi TV Digital Terhadap Internet

Migrasi TV digital memberikan sejumlah hal positif. Berikut adalah beberapa manfaat migrasi TV digital bagi masyarakat dan penyiaran di Indonesia.

Tranformasi digital di segala lini dan sektor saat ini menjadi salah satu fokus Pemerintah Republik Indonesia agat dapat mengimbangi dan berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya, seiring dengan sedang berlangsungnya revolusi Industri 4.0 secara global.

Trend Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0

Di era Revolusi Industri 4.0, terdapat sejumlah trend transformasi digital yang menghadirkan tantangan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Beberapa trend transformasi digital yang saat ini sedang mengglobal antara lain Internet of Things, Big Data, CLoud Computing, Artificial Intelligence, kolaborasi data, dan masih banyak lagi.

Digitalisasi dan transformasi yang terjadi di dalamnya bermuara pada satu titik, yaitu internet.

Kehadiran internet patut disyukuri karena membantu menyelesaikan pekerjaan dan keperluan-keperluan lainnya. Aplikasi-aplikasi smartphone dan laptop pun bermunculan. Misalnya WhatsApp yang menjadi salah satu kebutuhan jutaan orang di dunia untuk berkirim dan menerima pesan text, pesan suara, maupun berbagi video hanya dalam satu aplikasi di smartphone-nya. Bahkan sekarang WhatsApp juga bisa digunakan melalui laptop.

Ibu-ibu tetangga sebelah pun akhir-akhir ini terutama sejak new normal pandemi Covid19 sering main bareng sekaligus mendidik anak-anaknya dirumah melalui aplikasi game pendidikan yang mudah diunduh dari Playstore.

Tidak terkecuali pejuang nafkah yang beralih profesi menjadi ojekers dan grabbers dadakan terbantu oleh adanya aplikasi maps dan GPS online di smartphone sehingga memudahkan mereka menjemput atau mengantar penumpang.

Itu hanya sedikit contoh betapa bergunanya internet dan turut memengaruhi perilaku sosial di masyarakat, khususnya di Indonesia.

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah RI agar transformasi digital dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya di bidang pendidikan yaitu adanya mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di sekolah, untuk mengenalkan teknologi digital bagi anak-anak sekolah sedari dini. Bahkan penerapan sistem belajar online menggunakan aplikasi meeting online sejenis Zoom dan sebagainya memberikan dampak positif bukan hanya bagi anak-anak tapi juga orang tua. Adanya belajar online secara langsung mengajak orang tua agar melek internet.

promosi digital
Kominfo mendorong pelaku usaha kecil agar Go Digital, salah satunya menggunakan jejaring sosial sebagai media pemasarannya (sumber:Teknoplug.com)

Contoh strategi lainnya yaitu Digitalisasi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di bidang industri kecil dan indsutri kreatif yang digalang Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dimana Pemerintah mengajak pelaku usaha kecil Go Digital memanfaatkan website, blog, dan sosial media, toko online, serta jejaring sosial sebagai media promosinya.

Banyak lagi sektor lain yang "digarap" Pemerintah agar digitalisasi diterapkan secara komprehensif dan merata, semuanya untuk kebutuhan dan keuntungan masyarakat.

Namun ada satu pertanyaan yang menarik sehubungan dengan digitalisasi : "Mampukah kita mengikuti perubahan dan beradaptasi dengan trend transformasi digital tersebut ?".

Internet dan Digitalisasi di Mata Masyarakat

Bicara tentang internet dan transformasi digital mengingatkan saya pada dua orang masyarakat biasa dengan profesi berbeda tapi memanfaatkan internet sebagai saluran utamanya untuk beraktivitas. Kedua orang ini adalah relawan di organisasi pemberdayaan di Kelurahannya masing-masing.

"Alhamdulillah Bang, hampir 2 tahun pandemi Covid dan adaptasi suasana normal baru ada pengalaman baru juga yang saya dapati." kata Siti Khadijah, warga Kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu yang akrab dipanggil Ijah itu ketika saya tanya bagaimana kabarnya. Beberapa waktu yang lalu wanita beranak 2 berusia 30-an tahun itu memang sengaja saya undang ke Sekretariat Program KOTAKU Kota Bengkulu, tempat saya beraktivitas. Saat itu kami sedang mempersiapkan sejumlah hal untuk kegiatan pelatihan pada 12-14 Agustus 2021 dimana beliau didapuk menjadi salah satu narasumber.

"Boleh dong Ijah berbagi pengalamannya." kata saya sembari tersenyum simpul.

"Sekarang waktu penagihan dan penyetoran pengembalian bagi anggota kelompok peminjam dana bergulir tidak lagi dibatasi setiap hari Kamis, tapi setiap hari dan 24 jam."jawabnya.

"Wah luar biasa dong. Terus gimana cara penagihannya ? Masih dari rumah ke rumah ?" tanya saya penasaran.

"Gak Bang. Menagihnya sudah online kok. Semua kelompok dan anggota kelompok peminjam kita invite ke group WhatsApp UPK BKM"jawab Ijah, yang merupakan Unit Pengelola Keuangan yang dipilih dan ditetapkan melalui keputusan bersama Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Sawah Lebar. BKM merupakan sebuah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk masyarakat, dan pengurusnya juga dipilih masyarakat yang bertujuan membantu merencanakan penyelesaian berbagai persoalan kekumuhan dan aspek sosial serta ekonomi yang terkait di dalamnya.

"Tahun lalu kami sempat mau bikin aplikasi untuk penagihan dan pembayaran, tapi belum jadi. Soalnya peminjam dana bergulir kan tidak semua paham aplikasi Android. Biaya untuk membuat aplikasi juga tergolong mahal. Toh pemanfaat dana UPK cuma warga kelurahan saja."katanya melanjutkan.

"Mungkin belum saatnya Ijah."timpal saya memberikan komentar.

"Lagipula kalau mau bikin aplikasi Android kan harus punya data base yang terintegrasi Bang, minimal data kependudukan dan data nasabah di Perbankan." kata Ijah sembari menatap sejumlah lembar kerangka materi yang nanti akan disampaikannya pada saat pelaksanaan kegiatan.

Ya, apa yang dijelaskan Ijah hampir sama dengan yang disampaikan oleh beberapa teman saya sesama pegiat blog di Komunitas Blogger Indonesia. Untuk membuat aplikasi berbasis Android yang tidak abal-abal memang harus terintegrasi ke database tertentu. Tergantung tujuan pembuatan aplikasi dan mekanisme pengaplikasiannya.

"Tapi ada kendala juga sih Bang selama menerapkan cara penagihan online ini."

"Apa tuh ?"tanya saya sembari melirik pesan masuk WhatsApp web di browser laptop.

"Kadang saya sering kena marah sama penerima manfaat. Katanya WA saya kalau sore sampai malam tidak aktif jadi susah dihubungi. Padahal aktif terus lho."katanya dengan mimik muka nelangsa.

"Emang Ijah online pakai apa ? WiFi atau kuota mobile ?"tanya saya mulai memahami maksud keluhan Ijah.

"Kalau dari jam 7.30 sampai jam 16.00 sore kan standby di Kantor Kelurahan Bang. Jadi pakai WiFi. Lancar sih Bang, cuma ada juga waktu-waktunya jaringan agak lemot."jawabnya.

"Tadi katanya 24 jam ?"tanya saya mencoba menggali lebih dalam permasalahannya.

"Iya, selepas dari Kantor Lurah kan online-nya sudah pakai kuota internet mobile, soalnya Ijah gak pakai WiFi di rumah".jawabnya memelas. Terlihat sedikit lucu sih karena disertai menggembungkan pipinya.

"Emak juga kalau promosi ke Facebook atau instagram Ijah pake hp ijah. Oh ya Bang Emak dan Ijah sudah bikin page facebook sendiri untuk pemasaran Kue Tat. Tolong bantu promosikan juga ya Bang."katanya dengan wajah berubah cerah.

"Kalau membantu mempromosikan pasti siap dong. Teman-teman di sini juga siap kok membantu pemasaran. Kita kan ada Gedung Kuliner yang dibangun melalui Program KOTAKU di Kelurahan Penurunan. Ijah sama Emak bisa menitipkan produk ke pengelola di sana. Nanti dibantuin juga lho pemasarannya oleh mereka, online dan offline."kata saya bersemangat.

Ya, selain untuk mengentaskan permasalahan permukiman khususnya di lokasi (desa/kelurahan) kumuh, Program KOTAKU juga memfasilitasi terjadinya peningkatan ekonomi melalui kegiatan-kegiatan keberlanjutan (livelihood). Salah satunya dengan membangun Sentra Kuliner Livelihood. Di Kota Bengkulu sendiri ada 2 Kelurahan yang didanai pembangunan prasarananya oleh Program KOTAKU, yaitu Kelurahan Sumber Jaya dan Penurunan. Semua proses persiapan, perencanaan, hingga pelaksanaan konstruksinya dilakukan oleh masyarakat di lokasi sasaran.

Masyarakat utamanya kelompok yang meminjam dana bergulir maupun pelaku usaha menengah ke bawah, industri kreatif, serta yang sudah punya brand sendiri dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Tergantung perjanjian dan kesepakatan dengan si pengelola, dalam hal ini adalah KPP (Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara) yang juga merupakan perwakilan masyarakat setempat yang difasilitasi pembentukannya oleh BKM di masing-masing kelurahan.

"Tapi kembali ke yang tadi Bang" katanya sedikit mengagetkan saya.

"Tadi yang mana ?"tanya saya tersenyum.

"Yang internet itu. Kalau lagi promosi dan share produk ke Facebook dan Instagram dari rumah, loadingnya lama sekali. Sering juga gagal mengirim sehingga harus mengirim ulang."katanya kembali memasang wajah memelas dengan pipi digembungkan.

"Oh, itu, haha...kirain apa."kata saya.

"Makanya beli paket kuota tercepat saja. Kan banyak tuh lagi promo diskon." kata saya memberikan solusi.

"Ijah sama Emak sudah mencoba kok Bang macam-macam paket internet. Unlimited lagi. Kalau di sekitar pusat kota lancar jaya. Tapi kalau sudah di rumah lancar-sih lancar tapi gak secepat di sini (tengah kota). Itu juga gak setiap waktu kencengnya. Biasanya antara jam 6 sore sampai jam 11 malam agak lelet."

Tiba-tiba sesosok pria muncul mengibaskan tangannya ke arah Ijah sembari tangan satunya mengambil kursi dan duduk di tengah-tengah kami.

"Mana ada yang benar-benar unlimited dek Ijah."kata pria yang saya kenal akrab, namanya Abriyanto. Dia juga saya undang untuk persiapan sebagai narasumber pada kegiatan yang sama di hari yang sama.

"Kalau pun ada operator yang menawarkan pemakaian tak terbatas, umumnya menerapkan Fair Usage Policy (FUP), yang akan menurunkan kecepatan internet jika pemakaiannya melebihi batas wajar."sambung Abriyanto lalu membuka lembar demi lembar rundown dan kerangka materi.

Cukup masuk akal juga yang diutarakan Abriyanto, pria 50 tahunan yang nyambi jual jasa pemancingan ikan di empang miliknya.

Abriyanto sendiri punya pengaruh besar dalam pengembangan wilayah Kelurahan Padang Serai. Selain seringkali dimintai saran dan masukan oleh Pemerintah Kelurahan, beliau bersama Sahabudin yang juga sesepuh di BKM menjadi inisiator terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat melalui pelibatan masyarakat secara mandiri dan swadaya.

Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan dan Kualitas Internet

Bicara tentang internet selalu menarik perhatian saya. Selain karena pekerjaan saya yang harus terhubung dengan sistem online data, saya juga membuat konten-konten seputar internet di web blog pribadi yang otomatis membutuhkan koneksi internet. Maka mau tidak mau saya harus memahami seluk beluk internet.

"Sebenarnya internet Indonesia sudah mengalami peningkatan kecepatan dari tahun ke tahun. Kita harus berterima kasih kepada Pemerintah dan operator internet yang sudah berusaha menyediakan infrastruktur pendukung dan mengembangkan internet di Indonesia. Hanya saja bila dibandingkan dengan negara lain, kita masih kalah." kata saya memberikan komentar, dan melanjutkan dengan memberi penjelasan lebih luas.

"Kajian hasil uji kecepatan internet oleh Speedtest Global Index pada awal 2021 menyebutkan, bahwa Indonesia berada di urutan ke 121 di dunia untuk kecepatan internet mobile. Kecepatan download rata-ratanya hanya 17.33 Mbps dan kecepatan unggah hanya 11.27 Mbps, sementara rata-rata kecepatan internet mobile dunia untuk download 47,20 Mbps, upload 12,67 Mbps, dan latensi 36 ms. Negara dengan koneksi mobile internet tercepat adalah Qatar yang kecepatannya mencapai 178, 01 Mbps." kata saya menjelaskan mengenai dinamika kecepatan internet yang ada di Indonesia.

digitalisasi internet
Infografis kecepatan internet mobile Indonesia tahun 2021 (sumber : dari berbagai sumber)

"Sementara untuk jenis fixed broadband, Indonesia berada pada urutan 115 dari 175 negara dengan kecepatan rata-rata 23,32 Mbps. Kalah jauh dibandingkan Thailand yang kecepatan rata-rata internetnya mencapai 308,35 Mbps dan saat ini menjadi negara tercepat untuk koneksi internet fixed broadband di dunia. Bahkan kalah dengan Malaysia yang punya kecepatan internet 25,60 Mbps."

"Tahun sebelumnya (2020), hasil kajian yang dilakukan Hootsuite menyebutkan kecepatan internet Indonesia adalah 20,1 Mbps. Jauh dibawah kecepatan rata-rata internet dunia yaitu 73,6 Mbps" kata saya menuntaskan penjelasan.

"Cukup wajar bila di Indonesia kecepatan dan kualitas jaringannya masih dibawah negara lain. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain yaitu :"

  1. Faktor bentang alam (geografis) di Indonesia yang terdiri dari sungai dan pegunungan, sehingga menjadi kendala untuk membangun infrastruktur telekomunikasi.
  2. Faktor kerentanan kualitas jaringan karena pengguna internet di Indonesia umumnya menggunakan internet mobile dibandingkan internet serat optik atau fiber, karena belum meratanya infrastruktur jaringan.
  3. Faktor daya beli masyarakat yang lebih memilih membeli kuota internet mobile karena lebih murah dibandingkan internet fixed broadband yang sudah menggunakan serat optik karena relatif lebih mahal. Hal ini berakibat pada tingginya traffic pada spektrum frekuensi radio sehingga seringkali kecepatan dan kualitas internet menurun tanpa disadari.
  4. Faktor jumlah pengguna internet Indonesia yang besar (mencapai 173 juta pengguna) yang menyebabkan padatnya spektrum frekuensi sehingga provider internet harus menyiapkan kapasitas (jalur frekuensi dan pita frekuensi) tambahan.
  5. Faktor the last mile serat optik yang perlu dibangun infrastruktunya untuk mendukung Palaparing agar daerah terluar, terpencil, tertinggal (3T) dapat mengakses internet.

"Di Indonesia sendiri, kota-kota dengan akses internet mobile tercepat berurutan yaitu Tangerang, Makasar, Jakarta, Medan, Palembang, Bekasi, Surabaya, Depok, Bandung, Semarang dengan kecepatan rata-rata internet antara 16-17 Mbps."

"Sementara untuk tipe fixed broadband Kota Jakarta, Bekasi, Depok, Palembang, dan Semarang adalah kota dengan akses internet tercepat di Indonesia."pungkas saya sambil menyodorkan laptop saya ke arah Bang Abriyanto dan Ijah menunjukkan laman berita online tentang apa yang tadi saya jelaskan.

Saya membiarkan Abriyanto dan Ijah membaca laman tersebut. Kemudian kami sama-sama terdiam beberapa saat.

"Sepertinya pita frekuensi yang digunakan untuk internet terlalu sempit sehingga sering overload pada jam-jam tertentu dimana penggunanya hingga ratusan juta di seluruh Indonesia."katanya pelan sedikit bergumam dengan nada seperti menyimpulkan namun pandangannya tetap ke arah laman berita online di laptop.

Kembali kami terdiam merenungkan apa yang tadi baru kami diskusikan, seolah-olah kami sedang memikirkan nasib bangsa Indonesia kelak. Tiba-tiba dia berseru.

Efisiensi Frekuensi Siaran TV Untuk Internet

"Sekarang saya paham, kenapa Pemerintah mematikan siaran analog. Dan kenapa kita harus beralih ke TV digital."suara kerasnya mengagetkan saya dan beberapa teman yang sedang beraktivitas di meja masing-masing diikuti gumaman dan tawa tidak jelas.

Saya dan Ijah saling berpandangan bingung. Apa hubungannya mematikan siaran analog dengan kecepatan internet ? Lagipula, saya baru ini mendengarkan adanya istilah mematikan siaran analog.

"Tadi kamu katakan beberapa faktor penyebab masih rendahnya kecepatan dan belum meratanya kualitas jaringan internet di Indonesia. Penyiaran TV dan internet kan sama-sama menggunakan gelombang radio sebagai salurannya. Karena lembaga penyiaran sudah lebih dulu menggunakan spektrum frekuensi, jatah pita frekuensi untuk internet jadi lebih sempit. Padahal pengguna internet semakin banyak ada ratusan juta."

"Akibatnya kapasitas jaringan untuk internet menjadi over load. Koneksi internet yang diterima hp dan laptop akan sering nge-lag, melambat pada jam-jam tertentu. Website lama loading-nya. Bahkan server bisa down."katanya menjelaskan."

"Salah satu solusinya, yaitu menambah kapasitas atau pita frekuensi untuk internet. Caranya yaitu dengan mematikan transmisi siaran analog. Lalu memanfaatkan frekuensi penyiaran yang dimatikan tadi untuk internet. Kapasitas yang tadinya sarat beban karena lalu lintas internet (traffik) tinggi oleh jutaan pengguna di waktu yang sama, menjadi lebih lega. Latensinya pun bisa diminimalisir."

"Selama ini kan pita frekuensi yang diperuntukkan bagi seluruh stasiun televisi mencapai 328 Mega hertz. Kalau siaran analog dimatikan bisa lebih hemat hingga 176 Mhz."

"Sebentar, sebentar Bang. Maksudnya mematikan siaran analog itu apa sih ? Saya baru ini mendengarnya."tanya Ijah yang mulai penasaran, sementara saya memandangi Abriyanto dengan roman sedikit belum nyambung.

Digitalisasi Penyiaran Dengan Analog Switch Off

migrasi tv digital
Migrasi siaran digital mulai dilakukan sebagai strategi digitalisasi penyiaran (foto : siarandigital.kominfo.go.id)

"Lho, belum tahu ya kalau Pemerintah sudah mulai mematikan siaran analog di seluruh wilayah ?"tanya Abriyanto heran.

"Ini malah baru dengar dari Bang Abriyanto," jawab saya masih belum nyambung.

Abriyanto memperbaiki posisi duduknya sambil merapatkan tubuhnya ke meja. Sepertinya dia mulai serius, karena mimik wajahnya memperlihatkan itu.

"Pemerintah kan sedang giat menelurkan program untuk digitalisasi. Transformasi digital sedang rame-ramenya lho di penjuru dunia. Salah satunya digitalisasi di bidang penyiaran."

Sefasih itu dia menyebutkan istilah transformasi digital."Emangnya Bang Abri tahu trend-trend digitalisasi itu ?"tanya saya.

"Tahu sedikit tapi lumayan untuk menambah wawasan, pokoknya gak ketinggalan informasi. Menurut saya itu mental yang harus dibangun. Awam itu bukan sesuatu yang dibanggakan di era internet sekarang. Kita paham situasi dan kondisi saja sudah cukup membantu Pemerintah, artinya kebijakan dan program yang disosialisasikan Pemerintah sampai ke masyarakat. Pemerintah kan banyak memberikan informasi isu-isu teknologi yang bisa dibaca dari aplikasi berita di smartphone. Itu ada juga pernah saya baca dari website kamu TeknoPlug.com tentang Tantangan Teknologi di Era Revolusi Industri 4.0"."jawabnya.

Hidung saya sedikit kembang kempis, dan telinga saya terasa dingin saking bangganya website yang saya kelola dibaca orang banyak, salah satunya oleh tokoh yang semasa mudanya dulu malang melintang di berbagai program pemberdayaan masyarakat selain KOTAKU, yaitu PNPM dan 3R dan turut membantu Pemerintah Kelurahan Padang Serai mengembangkan wilayah yang dari awalnya masih hutan dan rawa menjadi kawasan permukiman baru di Kota Bengkulu.

"Kita ini, Indonesia, sudah tergolong terlambat lho, padahal negara lain sudah gencar melakukan digitalisasi penyiaran. Di (negara) kita TV digital baru bisa dinikmati melalui platform berbayar, entah itu dengan operator TV berbayar ataupun paketan WiFi. Negara lain sudah beberapa tahun lebih cepat."katanya sambil menatap saya.

"Digitalisasi di bidang penyiaran ini salah satu tahapan pentingnya yaitu mematikan (menghentikan) siaran analog, atau diistilahkan dengan Analog Switch Off (ASO)".

ASO atau Analog Switch Off ini adalah penghentian siaran-siaran yang menggunakan transmisi terestrial. Kalau istilah lainnya semua siaran yang biasanya ditangkap melalui antena UHF biasa akan dimatikan. Siaran-siaran itu nantinya ditonton di TV digital, atau di TV yang menggunakan perangkat digital."

"Siaran analog kan menggunakan sistem transmisi teresetrial yang hanya memungkinkan satu tower untuk satu satu kanal penyiar pada satu pita frekuensi yang ditentukan. Kalau ada 10 lembaga penyiar (stasiun televisi) di tempat kita berarti ada 10 tower untuk pada 10 pita frekuensi yang berbeda. Belum lagi kalau di wilayah kita ada TV lokal." katanya sambil melirik ke berkas rundown jadwal dan materi pelatihan yang tadi saya serahkan.

Ya, setahu saya jalur frekuensi yang bisa ditangkap televisi belum tentu sama untuk setiap stasiun TV. Misalnya stasiun TV A, bisa ditangkap oleh semua masyarakat di sekitar Palembang, Bengkulu, Lampung pada frekuensi 123 MHz, sementara stasiun B hanya bisa ditangkap di Palembang di frekuensi 234 MHz dan di Lampung pada frekuensi 345 MHz. Ini tergantung dari infrastruktur dan teknologi yang digunakan, serta bentang geografis di wilayah itu.

Migrasi TV Digital, Satu Tower Untuk Banyak Program TV Penyiar

infrastruktur multiplexing untuk berbagi siaran
Dengan infrastruktur multiplexing, satu menara siar dapat menayangkan berbagai program siaran.(foto : siarandigital.kominfo.go.id)

"Migrasi TV digital adalah suatu proses peralihan dari menonton siaran analog ke siaran yang menggunakan teknologi digital. Nantinya semua siaran analog akan terintegrasi dalam satu jalur (pita) frekuensi yang sama melalui infrastruktur bernama perangkat multiplexing (MUX).

Satu pita frekuensi bisa untuk berbagai kanal siaran. Atau dengan kata lain, satu tower penyiaran untuk menayangkan beragam tayangan dari berbagai stasiun TV yang berbeda. Nantinya ada infrastructure sharing, dimana satu kanal frekuensi dapat menyiarkan hingga dua belas program siaran secara bersamaan dengan kualitas program siaran standart definition."

"Dengan multiplexing, beban lembaga penyiaran akan berkurang karena tidak lagi pusing memikirkan infrastruktur tambahan atau penambahan kapasitas." lanjutnya.

Multiplex, saya pernah mendengar istilah ini waktu sekolah dulu, untuk menunjuk ke sebuah proses di mana beberapa sinyal pesan analog atau aliran data digital digabungkan menjadi satu sinyal. Tujuannya adalah untuk berbagi sumber daya.

Dasar Hukum Dimatikannya Siaran Analog (ASO) Dan Migrasi TV Digital

siaran tv analog dimatikan
Hingga 2 November 2022 seluruh siaran analog dimatikan (infografis : teknoplug.com, sumber : siarandigital.kominfo.go.id)

Tapi saya sedikit heran, kenapa siaran analog tiba-tiba dimatikan ? Kenapa beralih ke TV digital ? Jangan-jangan ada udang dibalik batu, menguntungkan lembaga penyiaran tertentu atau produsen elektronik tertentu.

"Bang, biasanya kalau ada program Pemerintah harus ada aturan dan dasar hukumnya, lalu disosialisasikan. Ini kok kesannya tergesa-gesa begitu."

peraturan migrasi digital
Aturan yang mengatur dilaksanakannya Analog Switch Off dan Migrasi TV Digital

"Eit, jangan berburuk sangka dulu. Penghentian siaran analog ini mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang merevisi UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Jadi sebenarnya dari tahun 2020 lalu sudah diinformasikan di media cetak dan media online." dia mengingatkan sambil menggerakkan jari telunjukanya ke kiri dan kanan berulang sebagai bentuk sanggahan.

"Dalam Pasal 60A ayat 1 disebutkan bahwa penyelenggaraan penyiaran dilaksanakan dengan mengikuti perkembangan teknologi migrasi penyiaran dari teknologi analog ke teknologi digital."

"Sementara pada Pasal 72 Angka 8 menyatakan bahwa migrasi penyiaran televisi terestrial dari teknologi analog ke digital, atau yang dikenal sebagai proses analog-switch-off (ASO), harus diselesaikan paling lambat dua tahun sejak UU Cipta Kerja berlaku."

Apakah Tidak Bisa Menonton Siaran Ketika TV Analog Dimatikan ?

cara menonton siaran digital di tv analog
Siaran digital dapat disaksikan melalui TV biasa selama ada perangkat pendukung (ilustrasi :
Teknoplug.com, sumber : siarandigital.kominfo.go.id)

"Perbedaan antara siaran analog dengan siaran digital adalah pada modulasi dan sistem kompresi sinyal. Pada TV digital, atau tepatnya televisi yang didalamnya sudah dipasang teknologi sistem penayangan digital, mampu menangkap sinyal siaran-siaran yang termodulasi dan terkompresi yang tadinya masih menggunakan teknologi penyiaran model lama (analog)."jelasnya lebih rinci.

Sempat terbersit pikiran negatif, yaitu bila siaran analog dimatikan itu berarti orang tidak bisa menonton lagi.

"Kamu masih bisa kok menonton selama tahap penghentian penyiaran analog belum dilakukan di daerahmu. Tapi ya itu tadi, cepat atau lambat masyarakat harus mulai beralih ke TV digital."katanya santai tapi mengandung penekanan.

Apakah Migrasi Siaran Digital Harus Membeli TV Digital ?

"Itu berarti saya harus beli TV baru dong Bang supaya bisa menonton tayangan digital ?"tanya Ijah.

"TV analog atau tv biasa kan seperti yang sekarang dimiliki masyarakat kalau menonton. TV analog model terbaru saat ini sudah ada berbentuk flat dan layar datar. Nah, TV analog atau TV biasa ini masih bisa menangkap siaran digital. Cara menonton siaran digital di TV analog juga cukup mudah. Dengan syarat pada televisi kamu punya port DVB-T2 (digital video broadcasting terrestrial generasi kedua) atau port yang terhubung dengan antena UHF, serta menambah set up box (STB) yang bisa dibeli dengan harga ekonomis (ada juga STB berharga dibawah Rp 200 ribuan di pasaran)."jelasnya.

"Perlu diingat, tidak semua TV digital disupport oleh sistem DVB-T2 ini. Ada juga TV digital yang port konektornya tipe DVB-C (untuk TV kabel berlangganan) sementara DVB-T2 tidak ada. Maka itu, pastikan dahulu apakah perangkat DVB-T2 ini ada TV kamu." katanya tersenyum.

Oh pantas TV digital dirumah saya meskipun sudah dipasang antena UHF juga tetap saja tidak bisa menangkap siaran dengan jelas. Karena port koneksinya bukan untuk antena UHF, dan perangkat STB juga belum saya miliki.

Baca Juga : Cara Menonton Siaran Digital di TV Analog Tanpa Beli TV Baru

"Pastinya dengan migrasi dan menonton siaran digital ini menghadirkan banyak sekali manfaat."tandasnya sambil melayangkan tangannya dan menyatukan jemari telunjuk dengan jempolnya membentuk huruf O.

Manfaat Melakukan Migrasi TV Digital

"Memangnya ada ya Bang manfaat untuk pemirsa ? Paling-paling stasiun TV-nya yang beruntung Bang, dari iklan."vonis saya mengerutkan dahi, mengingat banyak tayangan tidak bermutu tapi stasiun TV tetap eksis karena didongkrak oleh sponsor.

"Soal mutu siaran sepertinya relatif menurut saya. Kan ada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang memantau. Itu tergantung minat pemirsa juga."jawabnya seolah tahu apa yang ada di benak saya.

"Manfaat migrasi TV digital ini ada yang langsung maupun tidak langsung baik bagi masyarakat, Pemerintah, lembaga penyiaran, maupun semua pelaku yang nantinya terlibat dalam penyelenggaraan penyiaran. Ini dia manfaatnya."

manfaat migrasi tv digital
Berbagai manfaat Analog Switch Off dan Migrasi Ke TV Digital bagi masyarakat, Pemerintah, dan pelaku penyiaran (ilustrasi : TeknoPlug.com)

1. Gambar Lebih Bersih, Suara Lebih Jernih

"Dengan menonton siaran di TV digital, tayangannya terlihat lebih bersih tanpa bintik-bintik maupun adanya bayangan tertentu yang biasanya kita dapati di TV analog. Suara audio juga lebih jernih sehingga pemirsa bisa mendengar percakapan ataupun narasi dengan jelas."

2. Kualitas Siaran Lebih Stabil

"Seringkali ketika kita sedang asyik menonton siaran tiba-tiba ada gangguan dan muncul peringatan : Maaf, gangguan siaran bukan pada TV anda". Ini disebabkan karena menonton TV dengan antena biasa rentan terhadap beragam gangguan. Misalnya gangguan cuaca atau faktor lainnya. Dengan beralih dari TV analog ke TV Digital siarannya akan lebih stabil. Selain itu tayangan digital dapat dinikmati dengan kualitas HDTV."

3. Siaran TV Digital Gratis Tanpa Tagihan

siaran tv digital gratis

"Jadi siaran TV digital ini gratis kan bang ? Atau terafiliasi ke operator (merk stasiun penyiaran) tertentu ?"

"Huss, gak ada afiliasi-afiliasian. Siaran analog kan gratis. Siaran digital itu penyiarannya juga gratis. Ini hanya perubahan cara penayangan dan cara menyaksikan siarannya. Bukan berlangganan atau dikenai tagihan untuk membayar siaran. Lagipula selama pembahasan aturan ASO ini pihak stasiun TV (lembaga penyiar) juga dilibatkan."tukasnya.

"Beda halnya kalau kamu berlangganan paket siaran digital dari provider tertentu semisal In*ovision, T*P TV, atau paket home internet, dan sebagainya yang dikenai biaya paket bulanan."

4. Biaya Pengeluaran Keluarga Bisa Dihemat

"Ada berbagai motivasi mengapa orang berlangganan TV kabel atau tambahan channel siaran berbayar, antara lain karena ingin mendapatkan tayangan yang lebih bersih dan jernih audionya karena tidak bisa didapatkan di TV analog. Motivasi lainnya karena ingin menonton beragam siaran langsung olahraga seperti sepakbola atau movie. Faktanya kebanyakan siaran bola harus berlangganan, dan justru ditayangkan gratis melalui antena UHF. Selain itu banyak channel nasional di TV kabel atau paket berlangganan juga ada di siaran analog. Dengan migrasi ke TV digital semuanya akan terpenuhi, dan biaya bulanan untuk membayar paket channel bisa dihemat untuk keperluan lainnya."

5. Memberikan Peluang Bagi Pemerintah Mengembangkan Infrastruktur

"Manfaat lainnya dari migrasi TV digital ini yaitu Pemerintah bisa mulai mengembangkan infrastruktur lainnya, khususnya infrastruktur di bidang informasi dan komunikasi. Salah satu kendala penyiaran di Indonesia adalah prasarana dan sarana yang belum merata serta membutuhkan biaya besar untuk infrastruktur baru maupun untuk pemeliharaannya."

6. Keberagaman Konten, TV Lokal Setara Dengan TV Nasional

"Migrasi TV Digital ini juga mendorong kesetaraan kualitas penayangan siaran baik oleh kanal siaran nasional maupun lokal. Bahkan dengan siaran digital pemirsa akan bisa menyaksikan banyak sekali konten siaran sehingga khasanah siaran semakin luas. Masyarakat bisa memilih mana kanal favorit dan cocok untuk mereka tonton."

7. Peluang Untuk Industri Kreatif dan Pelaku Penyiaran

"Sisi lain dari siaran digital yang juga menguntungkan adalah terbukanya peluang untuk semua pihak, utamanya untuk industri kreatif dan lembaga penyiaran. Pemirsa Indonesia terdiri atas banyak segmen baik umur, gender, hobby, dan kekinian. Ini justru membuka peluang bagi industri penyiaran membuat konten siaran yang beragam dan dinamis sesuai segmen-segmen tadi. Lembaga penyiaran juga tidak bisa bekerja sendirian kan untuk membuat tayangan itu. Makanya mereka butuh tim kreatif. Entah itu Youtubers, Tik Tokers, content writer, jasa Event Organizer, hingga jasa backdrop. Bisa dikatakan nantinya untuk memenuhi kebutuhan segmen-segmen tadi akan menyerap banyak tenaga kerja." jelasnya.

8. Internet Berkualitas Dan Merata Hingga Daerah Terluar, Terdalam, Tertinggal

"Hal menarik yang juga hadir kalau kita migrasi ke siaran digital selain mendapatkan tayangan berkualitas dan manfaat lainnya, pemirsa juga berkontribusi membantu Pemerintah meningkatkan kualitas internet di Indonesia sekaligus melakukan pemerataan sehingga semua orang di seluruh pelosok di pulau terluar, daerah terdalam, dan terpencil di Indonesia bisa menikmati internet seleluasa orang di kota-kota besar."Katanya sambil tersenyum.

"Lagipula Pemerintah juga sedang melakukan upaya supaya masyarakat yang berada di daerah terluar, terpencil dan tertinggal bisa terkoneksi dengan jaringan internet dan juga bisa menikmati internet yang berkualitas. Jangan lupa, spektrum frekuensi 2,3 GHz dan pita lebar 700MHz sekarang lagi booming sehingga banyak provider di dunia mengincarnya."sambungnya.

"Untuk apa tuh Bang ?" tanya saya menebak-nebak.

"Lho, kan sekarang teknologi internet mobile sudah 5G. Nah ini nih salah satu trend transformasi digital yang kita harus tahu. Saat ini internet 5G adalah yang tercepat. Beberapa provider nasional juga sudah menaruh minat untuk mendapat jatah di frekuensi itu. Ini akan berkontribusi pemasukan untuk negara dong. Jadi Pemerintah bisa mengalokasikan untk pembangunan infrstruktur telekomunikasi yang lebih mumpuni dan lebih merata di semua wilayah."

Spektrum frekuensi itu bukan cuma untuk 5G lho, tapi juga lower band, coverage band, high band, serta ultrahigh band"jelasnya lebih jauh.

Wow, lengkap sekali. Saya saja sampai sekarang belum paham betul pembagian masing-masing kriteria jaringan itu.

Baca Juga: Apa Itu Indonesia Internet Exchange

Kapan Analog Switch Off Berlaku dan Migrasi TV Digital Dimulai ?

Saya sendiri belum sejauh itu memahami mengenai aturan penyiaran khususnya yang mengatur Analog Swith Off ini. Sementara pria yang nyambi di sebuah ormas ini punya pengetahuan yang lebih baik di bidang penyiaran untuk seorang warga biasa yang sehari-harinya menafkahi keluarga dari jasa kolam pemancingan ikan ini.

Mungkin dampak isolasi mandiri ketika dia terpapar Covid, serta pemberlakuan PPKM di Kota Bengkulu membuatnya lebih betah menonton acara berita di TV sehingga banyak isu nasional dan daerah tersimpan di memorinya.

"Jadi kapan Pemerintah mulai menghentikan siaran analog bang ?"tanya saya sambil mengalihkan pandangan dari laptop ke berkas yang dipegangnya.

"Jadwal penghentian siaran analog ini dilakukan secara bertahap, tidak serta merta seluruh daerah langsung di-switch-off (dimatikan) siarannya. Semua siaran analog direncanakan selesai di 2 November 2022 nanti, artinya pada tanggal tersebut semua daerah wilayah bisa lagi menonton siaran analog dari dari stasiun penyiar."

Jadwal Pemadaman Siaran Analog Dan Tahapan Di Setiap Daerah

"Pemerintah sendiri sudah merilis daftar wilayah yang akan mengalami Analog Switch Off ini secara nasional hingga 2 November 2022." Daerah-daerah berdasarkan jadwal dilakukannya ASO yaitu :"

  1. Tahap I paling lambat 30 April 2022 di 56 wilayah.
  2. Tahap II paling lambat 25 Agustus 2022 di 31 wilayah.
  3. Tahap III paling lambat 2 November 2022 di 25 wilayah.

"Nah, dari jadwal tersebut seharusnya sudah bisa menyikapinya, mempersiapkan diri supaya bisa menonton siaran digital. Memang sih jadwal ini adalah re-scheduling dimana awalnya dimulai 17 Agustus 2021. Tapi justru momen tepat untuk tersosialisasinya aturan ASO ini secara optimal, dan masyarakat masih punya kesempatan mendapatkan edukasi sekaligus (segera) migrasi ke siaran digital."katanya meyimpulkan. Hm, sangat detil menjelaskan.

"Kalau saya sudah duluan beli set up box (STB)-nya. Kemarin puas-puasin nonton Copa America dan EURO di TV biasa. Siarannya jadi lebih bersih pokoknya, kayak nonton siaran digital beneran. Soalnya siarannya gak bisa ditonton di channel paket reguler WiFi di rumah."

"Emang diacak ya Bang ?"kata saya.

"Sayanya yang gak berlangganan" jawabnya terkekeh disusul tawa saya dan Ijah.

Hidup Hemat Dan Kreatif Dengan Tontonan Berkualitas Dan Internet Lancar

Tak terpikirkan sebelumnya bila Analog Switch Off (ASO) dan migrasi TV digital ini akan sangat banyak faedahnya untuk saya.

Saya mulai mereka-reka apa yang akan saya lakukan setelah beralih ke TV digital. Nonton berita olahraga ? Sudah pasti. Nonton siaran langsung bola ? Wajib banget. Apalagi sejumlah even sepakbola dunia bisa ditonton gratis tanpa berlangganan, Seperti Liga Champions Eropa atau Liga Premier Inggris. Semuanya dengan gambar yang bersih tanpa bayang atau bintik-bintik dan juga audio yang jelas terdengar. Hm, apalagi ya...

Oya, pengalaman internet yang memuaskan.

Khusus tentang pengalaman berinternet, seringkali saat sedang mengikuti rapat online atau pelatihan online via aplikasi Zoom koneksinya putus nyambung seperti waktu masih lajang dengan doi, sudah putus minta sambung.

Jalur frekuensi yang lebih terakomodir peruntukannya untuk internet akan membuat aktivitas blogging saya yang terkesan lelet karena loading internet yang lama jadi lebih singkat. Konten-konten postingan blog pun yang selama ini tersimpan dalam bentuk draft akan bisa diupload tepat waktu. Bahkan rencana saya yang ingin menjadi video creator dan content writer di beberapa media dari calon mitra akan bisa terwujud tahun ini.

Saya juga jadi bisa menghemat biaya bulanan karena yang tadinya untuk membayar paket channel TV tambahan digunakan untuk membeli 1 unit set up box (STB) untuk penggunaan seterusnya serta bisa beli token listrik bulanan. Nonton siaran pertandingan sepakbola tidak harus berfoya-foya beli kuota sekian giga yang menghabiskan biaya puluhan hingga ratusan ribu. yang bisa digunakan untuk bayar iuran air PDAM.

Ya, di era normal baru sejak wabah virus Covid19 dampak signifikan sangat terasa dan mempengaruhi perekonomian. Sehingga jalan satu-satunya agar keseimbangan keuangan keluarga ya dengan berhemat, termasuk saya. Lagipula tak pantas berfoya-foya sementara banyak saudara dan tetangga yang hidup prihatin karena terdampak Covid19.

Kabar baik dari dan untuk Indonesia pastinya. Semua masyarakat di daerah pedalaman, di pulau terluar, hingga desa-desa yang selama ini belum bisa menikmati siaran tv dan berinternetan dengan memuaskan layaknya di kota-kota besar akan bisa menikmatinya. Akan muncul banyak George Saa baru yang lebih digital, putra Papua juara Olimpiade Fisika Dunia. Kontes robotik pun tidak melulu diikuti pelajar dan mahasiswa di kota besar. Tim e-sport untuk menjuarai game Mobile Legend di Olimpiade juga akan bermunculan dari daerah-daerah yang tadinya minim sinyal.

Dan...

Tak ada lagi muka cemberut dan gerutu istri saya ketika ngeloyor pergi menyatukan "energi" menggosip para istri di komplek kami ketika belanja sayuran di warung depan gang karena sinetron kesayangannya bisa sepuasnya ditonton dengan kualitas HD. Tak ada lagi omelan tetangga sebelah ke anak-anaknya karena minta "jajan" paket kuota supaya bisa nonton TV internet. Demikian angan saya melayang sambil tersenyum sendiri.

"Kamu sehat ?" Kata Bang Abriyanto sambil menempelkan punggung tangannya ke kening saya.

Kami berdua tertawa.

"Eh Bang, sebentar. Kok bisa sih Bang Abri memahami internet dan penyiaran digital sampai detil ? Baca dari website saya juga ya ?"tanya saya tersenyum bangga.

"Kalau tentang ini sih saya dapat penjelasan dari teman saya di Dinas Kominfo Kota Bengkulu dan dari situs siarandigital.kominfo.go.id." katanya tersenyum sambil pamitan pulang dan meninggalkan Ijah dan saya, sekaligus menggugurkan membuat kecut senyum saya ketika mendengar jawabannya. Oo, pantesan dia tahu banyak.

Ah, hebatnya Indonesiaku dengan beragam dinamikanya, akan bisa bersaing dengan negara lainnya. Segalanya akan jadi serba mudah dan serba cepat. Saya yakin dinamika-dinamika yang muncul dengan berbagai kebijakan Pemerintah, termasuk digitalisasi penyiaran ini akan membuat Indonesia Tangguh.

Untung saya bertemu dengan Ijah dan Abriyanto, dua orang warga biasa lintas generasi tapi sudah melek internet dalam kesehariannya, hari itu minggu lalu. Kalau tidak, mungkin saja saya tidak tahu tentang adanya Analog Switch Off dan manfaat migrasi TV digital. Apalagi menuangkan diskusi kami dalam blog ini. Saya pastinya akan migrasi ke TV digital. Kalian juga dong, jangan tunggu siaran analog dimatikan baru beralih ke TV digital.

Suka Teknologi